Layanan
Layanan internal yang diberikan UGM Kampus Jakarta antara lain penjemputan pihak Rektorat yang sedang ada kepentingan di Jakarta dan rapat-rapat yang dilakukan di UGM Kampus Jakarta
Layanan internal yang diberikan UGM Kampus Jakarta antara lain penjemputan pihak Rektorat yang sedang ada kepentingan di Jakarta dan rapat-rapat yang dilakukan di UGM Kampus Jakarta
Short Visit atau kunjungan singkat merupakan perjalanan dinas atau kunjungan ke luar negeri dalam jangka waktu yang singkat bagi pejabat atau dosen di lingkungan UGM.
Pemrosesan Urusan Internasional dalam hal ini mengurus izin studi S2 atau S3 ke Luar Negeri bagi dosen atau civitas akademika UGM
Berikut daftar hotel yang bisa dijadikan referensi menginap di sekitar UGM kampus Jakarta
1. Hotel Harris Tebet
2. Hotel POP! Tebet
3. Hotel Sofyan Tebet
4. Hotel Amaris Tebet
Berikut daftar alamat kementerian yang ada di Jakarta
Universitas Gadjah Mada kampus Jakarta hadir untuk memberikan kontribusi pada perkembangan perguruan tinggi yang berorientasi melahirkan ahli-ahli yang berpengetahuan luas dan baik. Dengan prinsip lifelong learning, diharapkan UGM kampus Jakarta mengembangkan dan menerapkan ilmu bagi keadaban, kemanfaatan dan kebahagiaan, seperti tercantum pada dokumen Nilai-nilai UGM, khususnya mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa, seperti tercantum pada Visi UGM. Hal itu disampaikan oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D pada soft opening UGM kampus Jakarta, Minggu, 1 Agustus 2010 di Jakarta. Soft opening dilakukan oleh Wakil Mendiknas, Prof. Fasli Djalal, Ph.D.
UGM kampus Jakarta berdiri di atas lahan seluas 6.300 m2, dengan luas bangunan 18.688 m2. Kampus yang belokasi di Jl. Dr. Sahardjo 83, Tebet, Jakarta Selatan ini terdiri atas dua blok, yakni Gedung Akademik dan Gedung Pendukung Akademik. Gedung Akademik terdiri atas 9 lantai, dilengkapi dengan 35 ruang kelas, 18 ruang diskusi, 10 ruang administrasi, auditorium, dan kantor perwakilan LPPM UGM, sementara Gedung Pendukung Akademik, 5 lantai, digunakan untuk, antara lain, perpustakaan, restoran, dan bank. “Investasi untuk kampus ini adalah Rp 180 miliar dan seluruh proses pembangunan diselesaikan dalam waktu 11 bulan”, kata Dr. Hargo Utomo, MBA., Direktur PT UGM-Samator Pendidikan yang membangun kampus ini. “Semua pihak yang menggunakan gedung ini dikenakan tarif sewa profesional; dan saat ini, penyewa ankornya adalah Program Studi Magister Manajemen, yang sudah mengantongi izin operasional dari Kemdiknas, dan LPPM UGM. Penyewa lain yang sudah berkomitmen adalah Prodi Magister Hukum, Prodi Magister Ekonomika Pembangunan, dan Bank Mandiri. Sementara yang sudah menunjukkan minatnya adalah Prodi Magister Ilmu Kesehatan dan Prodi Magister Akuntansi”, Hargo Utomo menambahkan.
Soft opening dihadiri Majelis Wali Amanat, Senat Akademik, Majelis Guru Besar, Pimpinan Universitas dan Unit-unit Universitas, Dekan, Direktur Sekolah Pascasarjana, para donatur, KAGAMA, dan mitra UGM. Di depan hadirin, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA menjelaskan bahwa UGM kampus Jakarta merupakan salah satu bukti keberhasilan implementasi otonomi yang diberikan Pemerintah. Dengan otonomi, yang dibarengi dengan transparansi dan akuntabilitas, maka kualitas yang terus menerus dikembangkan telah membuat UGM masuk universitas peringkat dunia. “Peringkat dunia telah menjadikan UGM sangat populer dan diminati, termasuk oleh masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Inilah antara lain yang mendorong UGM untuk hadir secara fisik di Jakarta”, imbuh mantan Mendiknas yang sekaligus salah seorang pendiri program Magister Manajemen UGM tersebut. “Pemberian otonomi, khususnya kepada perguruan tinggi yang sudah dewasa, sebenarnya telah dirintis oleh (alm) Prof. Dr. Sukadji Ranuwihardjo, MA., saat menjabat sebagai Dirjen Pendidikan Tinggi (19981 – 1994). Prof. Sukadji pada saat itu telah mulai memberikan keleluasaan yang besar kepada program-program studi tertentu, yang kemudian pada tahun 2000, Pemerintah meningkatkan menjadi otonomi pada beberapa perguruan tinggi yang sudah dewasa. Jadi, otonomi telah membuahkan sukses-sukses besar. Tanpa otonomi, perguruan tinggi tidak mungkin memberdayakan dirinya sedemikian rupa”, imbuhnya.
Sementara itu, pada sambutan peresmian UGM kampus Jakarta, Wakil Mendiknas, Prof. Fasli Djalal, Ph.D menyatakan bahwa setelah UU BHP dinyatakan batal oleh Mahkamah Konstitusi, Kementerian Pendidikan Nasional sedang berupaya untuk melobby Departemen Keuangan agar memberikan otonomi pengelolaan keuangan kepada perguruan tinggi, seperti yang terjadi pada era Perguruan Tinggi BHMN. “Kami terus berupaya untuk mengadvokasi agar masa transisi (saat ini sampai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah baru yang mengatur perguruan tinggi) diberlakukan selama 3 tahun. Selama kurun waktu tersebut, perguruan tinggi tidak perlu berubah apa pun; dan selama kurun waktu itu juga Kementerian Pendidikan Nasional akan terus memperjuangkan fleksibilitas sebesar mungkin”, lanjutnya.
Sejak Tahun 2013, UGM kampus Jakarta mengalami perubahan menjadi berada di bawah Sekretaris Eksekutif UGM dengan ditunjuknya Yahya Agung Kuntadi, M.M. sebagai Kepala Kantor UGM kampus Jakarta yang tadinya menjabat sebagai Manajer LPPM UGM Perwakilan Jakarta. Diharapkan dengan berada di bawah Sekretaris Eksekutif, UGM kampus Jakarta merupakan representatif UGM Yogyakarta bisa menjadi jembatan penghubung di antara pemangku kepentingan dan instansi terkait.
Kantor Kampus Jakarta Full Team
Yahya Agung Kuntadi – Kepala Kantor UGM Kampus Jakarta
Putri Panca Setiati – Sekretaris
Tresnawati – Administrasi Keuangan
Nova Indah Wijayanti – Pustakawan
Kantor UGM Kampus Jakarta yang berada di bawah Sekretaris Eksekutif merupakan bagian dari Universitas Gadjah Mada yang merupakan representatif dari UGM Yogyakarta di Ibukota.
Saat melakukan travelling ada kalanya kita merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik karena minimnya fasilitas pensuplai energi listrik. Terlebih lagi bagi para pecinta alam yang banyak melakukan perjalanan ke gunung maupun pantai. Keterbatasan energi listrik di daerah wisata ini tentunya menghambat pemanfaatan alat elektronik secara maksimal.
Melihat kondisi tersebut, lima mahasiswa UGM mengembangkan inovasi yang dapat membantu para traveller memenuhi kebutuhan energi listrik setiap saat ketika bepergian. Mereka adalah Bagas Antiko R.M. , Ayrton Fithiadi Sedjati , Paksi Yudha Sasmita, dan Enggar Yudha Prasetyo dari Jurusan Teknik Fisika serta M.Fatkhu Rizal S.F., dari Fakultas Filsafat yang berhasil merakit puzzel surya portabel (PSP) yang ramah lingkungan.
“Banyak traveller maupun pecinta alam yang mengeluhkan minimnya cadangan energi listrik saat bepergian sehingga membatasi penggunaan alat elektonik mereka padahal perjalanan menuju lokasi wisata membutuhkan alat elektronik tertentu dengan energi listrik dan waktu yang tidak sedikit,”papar Bagas, Rabu (10/6) saat berbincang dengan wartawan di Ruang Fortakgama UGM.
Meskipun saat ini banyak dikembangkan panel surya untuk menyimpan energi, tetapi dengan bentuk konvesional tidak memungkinkan untuk di bawa ke mana-mana. Dengan puzzel surya portabel ini diharapkan mempermudah pemanfaatan panel surya untuk memenuhi kebutuhan energi yang dapat dilakukan dimanapun dan kapan pun. “Sebenarnya banyak panel surya portabel di pasaran, tetapi merupakan produk impor dengan harga yang mahal sekitar Rp. 1,7 juta,” ungkapnya.
Sementara prototipe yang mereka buat lebih terjangkau hanya menghabiskan biaya produksi sekitar Rp. 500 ribu karena diproduksi sendiri dan menggunakan komponen lokal. PSP tersusun dari 4 unit panel surya masing-masing berukaran 13×13 cm yang dapat dilipat dalam 4 bagian, kabel rangkaian 1 mm, kabel, USB, serta tembaga. Disamping itu juga disertai dengan regulator untuk menstabilkan tegangan.
Puzzel surya portabel ini mampu menyimpan tegangan hingga 5 Volt. Sementara itu saat cuaca terik dapat menghasilkan arus sampai 0,9 Amper. “Kapasitas internal memorinya sebasar 5.500 mAh bisa untuk mencarge HP dalam waktu sekitar 2 jam,” jelas Enggar menambahkan.
Lebih lanjut disampaikan Enggar PSP ini adalah panel surya yang berbasiskan DIY (Do It Yourself) yaitu dapat di lepas-pasang pada setiap unit panelnya. Dengan begitu mempunyai sifat fleksible tergantung kebutuhan pengguna. “Jika salah satu unitnya rusak bisa diganti sendiri, berbeda dengan produk impor jika rusak bagiannya sulit diperbaiki,” imbuhnya.
Pengembangan PSP dimulai sejak bulan Februari 2015 lalu. tidak lepas dari Program Kreativitas Mahasiswa 2015. Di buat dibawah bimbingan Dr. Ahmad Agus Setiawan, S.T.,M.Sc. “Pengembangan sudah dilakukan sejak bulan Februari kemarin, tetapi pembuatannya perlu waktu 2 minggu saja,”terangnya.
Saat ini PSP dalam penyempurnaan packaging dan tengah proses pengajuan paten di Dirjen HKI. Namun kedepan mereka juga akan mengembangkan PSP untuk spesifikasi yang lebih besar yaitu dapat mensuplai energi listrik laptop. “Harapannya dengan alat ini bisa mengurangi ketergantungan kita terhadap produk-produk buatan luar negeri dan bisa mendukung kemandirian energi,”harap Paksi menutup perbincangan. (Humas UGM/Ika)